26 December 2009

bicara sendiri

hanya saja pikiran ini terasa terlalu berat.

pantas saja yang namanya telepon laku,
karena,
telepati itu bohong.

23 December 2009

sepi

sekadar kata kata sudah menguap.

jauh.




sehingga yang tertinggal hanya kerangka kosong tanpa isi.
berbunyi nyaring.
memekik.

now

heart
mind
eyes






w i d e open.

14 December 2009

sebatas harapan

andai ada satu saja yang bisa membuat saya tidak peduli.



saya
tidak
mau
jadi
saya



saya mohon.

hari sempurna untuk menjadi salah.

jadi yang saya lakukan hanya menertawakannya,
lalu menangis diam-diam.
sampai ditatapi dengan rasa heran satu sekolah,
diratapi oleh kekasih yang digantung.
karena tidak ada yang mengerti,
tidak ada yang saya ingin mencoba tahu,
tidak ada yang sanggup saya beri tahu.

saya sedih
kecewa
malu
marah

setengah mati.


tapi tetap menjadi batu sampai mati.
sok misterius.

sialan.

hancur

kadang saya mau berhenti hidup jadi saya.
sekali saja.
saya mohon.

20 November 2009

buktikan

:) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :)

...kata orang senyum menular.

mendung gerimis hujan

musim hujan sudah tiba.
favoritnya.
tapi dia lihat sekarang tak lagi dia sendiri.
semua menunggu-nunggu hujan.
semua bersorak diam-diam ketika mendung mulai menyelimuti dan semilir angin terasa berat membawa hawa lembab.
ketika suasana kelas mulai menjadi gelap dan berisik air menembus dinding dan bernyanyi syahdu.
semua mata dan hati tak lagi tertuju pada apa yang berjalan di ruangan, semua mengharap bisa menari di rintik hujan yang semakin deras.
rasa-rasa haru melankolis lelah rindu sedih marah semua mulai terlantun diam-diam dalam hati. dijaga tetap rapi, namun mereka bukan penipu, sehingga semua terbaca jelas.
karena semua yang biasa disimpan dalam hati terasa meluap,
terasa tak lagi perlu ditutup-tutupi,
terasa jujur.

hujan memang ajaib,
dalam kedatangannya yang begitu jujur.
membuat semua orang dipaksa menjalani semua dengan syahdu,
menghibur semua yang tak ada waktu menangis,
menjadi curahan hati semua orang,
jadi jawaban.

pemimpi yang tidak lagi memimpin.

diluapi rasa rindu, jari-jari itu kembali mengetik.
salah ketik sekali-kali, ritmenya lambat.
sudah lupa rasanya, gumam dia sambil tersipu.
begitu ditanya apa yang mau ditulis, dia cuma menggeleng sambil mengulum senyum.
hari ini hari biasa, tidak ada yang istimewa.
yang membuatnya berbeda, adalah keberadaan jari-jari itu di keyboard. di sore hari. ketika besok ada ulangan biologi dan remedial matematika. di jam yang biasanya dipakai dengan terburu-buru, panik dan cepat. terlalu cepat.
hari ini tanggal 20 november.
empat puluh tiga hari berlalu sejak curahan hatinya yang terakhir disini.
bukan berarti seribu dua puluh tiga jam itu berjalan tanpa ada rasa yang perlu dibagi.
banyak, menetes seiring denyut jantungnya.
namun tidak ada tempat.
tidak ada waktu.
tidak ada ruang pikiran.
rasa-rasa yang seharusnya menjadi sejuta kata yang inspirasional dan melegakan itu hanya sempat hilang ditelan udara.
hanya sempat dibaca hujan.
hanya sempat terdengar langit.
meninggalkan dia dan jemarinya. tak lagi berinspirasi. tak lagi menari dalam satu-satunya dunia puteri-puteriannya.
meninggalkan dia hanya jadi tokoh biasa.
anak sma yang kerjanya belajar, belajar, belajar.
tanpa nama belakang,
tanpa tujuan.

sehingga ketika segala kata rasa dan ungkap itu menguap,
hanya rindu yang mampu terucap.

09 October 2009

melancholy

jam empat pagi,
barulah pikiran kosong.
waktu melega, ruangnya melonggar.
napasnya kembali dinikmati.
syahdu.
menjadikan tidur tidak seberapa perlu.
menulis,
menjadi satu-satunya esensi yang ada pagi ini.
biasanya guratan itu dipaksa ada,
dan ada,
seadanya.
sepi ini begitu surga.
suasana terasa khidmat,
terasa lantunan doa di setiap milisekon yang begitu lambat.
tulis, tulis.
muntahkan saja semua rasa yang tak ada waktu untuk dikeluarkan.
yang tak ada arti untuk didengarkan.
yang tak ada tujuan untuk dipertanyakan.
karena di detik ini hanya Tuhan,
dan saya,
yang mampu tahu betapa khidmatnya waktu ini.
waktu curhat tanpa perlu satupun kata keluar.
waktu tanya tanpa perlu satupun jawab terucap.


amin.

23 September 2009

surat yang tidak bisa sampai.

kepada pembaca pikiran,
dimanapun kau berada.

hai. kau tidak mengenal saya. tapi hari ini, saya minta kamu baca pikiran saya. baca, dan tolong jabarkan jadi kata-kata yang mudah dimengerti, sederhana dan standar. bantu saya, tolong. karena mungkin semua orang tidak akan pernah menjadi mengerti atau paling tidak tahu sedikiittt saja yang ada di sini. di kepala individu yang terlalu rumit ini. tolong jelaskan kepada semua, semua yang mengernyit dan menjadi berpikiran bahwa saya adalah individu paling aneh seluruh jagat raya ini. demi Tuhan, tidak ada yang mengharapkan saya menjadi seperti ini, bahkan seandainya bisa saya juga ingin mengirimkan surat komplain. terlalu banyak salah paham. dan rasanya tidak ada satupun kejadian yang membuat saya sanggup membuka mulut, menjelaskan. bukan saya yang tidak mau, astaga, saya tidak bisa! ya, tidak bisa menjabarkan denyut-denyut absurd dalam hati dan pikiran saya yang bahkan saya sendiri tak mengerti kenapa harus ada. jadi tolong, mungkin anda lebih ahli dalam hal ini.
malam tadi saya menangis, tapi saya sendiri tidak tahu apa yang mendorong saya menjadi begitu sentimentil. astaga, anda pasti sudah mulai kesal kenapa ada orang sebodoh saya. begitulah semua orang. begitulah dia. sama seperti anda, semua juga berpikiran seperti itu. saya tidak menyalahkan anda, mereka, dia. memang salah saya. tapi sepertinya saya hanya cocok dengan orang yang seperti anda, agar tak ada lagi salah paham. bacalah pikiran saya, dan masuk dalam kebingungan absurd ini bersama saya. rasakan betapa tidak enaknya menjadi saya. betapa salahnya.
bahkan sekarang, ketika saya tahu ada yang salah dan saya juga tahu hanya saya yang bisa menjelaskan, saya tidak tahu, sumpah, betul-betul tidak tahu mau berkata apa. rasanya saya ingin teriak 'tinggalkan saja saya!' sehingga dia pergi dan tidak lagi terbelit keabsurdan dunia saya. saya ingin amnesia. biar apa yang sudah lewat tidak lagi penting dan saya bisa mulai lagi dengan 'nama anda siapa?'.

12 September 2009

tiga dari seribu alasan

malam ini, dia ketiduran lagi.
memberi saya sedikit kelonggaran waktu tidur yang selalu dia permasalahkan. dan sesudah dia menyadari ada post baru di blog ini di jam segini, dia pasti akan memulai ceramah panjangnya tentang betapa pentingnya tidur dan betapa keras kepalanya saya mempertahankan jam tidur saya yang begitu malam, menurut dia.
sama seperti ketika saya bersikeras belajar tanpa henti ketika panik setengah mati karena ulangan atau apa saja yang akan diadakan keesokan harinya. dia kemudian akan kesal setengah mati dan terus mengusahakan cara apa saja agar saya mau tidur dan istirahat sebentar.
saya biasanya akan tersenyum diam-diam, dan dia tidak pernah tahu betapa berharganya waktu ceramah seperti itu buat saya karena saya pasti hanya akan memandang keluar jendela atau menunduk sambil menggigit-gigit bibir dan minta maaf.
dia selalu mempertanyakan kecuekan saya yang membuat dia setengah mati menahan diri untuk tidak menjadi marah. setidaknya, tidak kepada saya.
itu satu hal yang membuat dia menjadi selalu istimewa.
malam ini, dia keasyikan main drum kesukaannya sampai lupa sama saya yang ada di depannya. dia lalu akan mempertanyakan tidakkah saya bosan, tapi tetap tidak bisa menghentikan keterhanyutannya dalam main drum. mukanya lucu, mengernyit berkali-kali dan terlalu asyik. dia begitu hanyut. begitu menikmati. begitu mencintai.
itu dua hal yang membuat saya jatuh cinta.
malam ini, dia menunggu saya tidur, padahal dia sudah sangat mengantuk sampai akhirnya ketiduran duluan. selalu, dia memposisikan saya seakan saya adalah orang paling penting di seantero jagat raya ini. setidaknya untuk dirinya sendiri. berlebihan, dan kadang tidak masuk akal, tapi rasa itu begitu mengena. perhatiannya yang terlalu tulus sampai terkadang membuat dia menjadi terlalu naif.
itu tiga hal yang membuat dia selalu istimewa.

dia
hanya
terlalu
romantis.

31 August 2009

menampar

saya kangen kamu.
kamu belum pergi, tapi apa yang kita punya sudah lepas dari genggaman.
kalau begini caranya, saya tidak tahu lagi harus percaya ke siapa.
diri saya saja mengingkari percaya itu.
salah saya, salah kamu, tapi yang pasti,
salah.

30 August 2009

memburu

pergikah engkau, sayang,
kalau kukatakan kau hanya jatuh cinta pada ilusi?

21 August 2009

ayo saja.

jika memang tak ada yang mau mengaku salah,
atau tidak boleh ada yang dianggap salah,
mari,
salahkan saya dalam satu suara.



tapi jangan salahkan,
kalau saya jadi sebebal batu.

18 August 2009

tugas bahasa indonesia

Gerakan di sekitarnya mendadak terasa melambat.
Enggan, tapi toh akhirnya dia tak lagi berusaha tidak tahu apa-apa.
Naif kamu, umpatnya dalam hati, tak yakin siapa yang dia tuju.
Ini mungkin memang sudah saatnya.

Matanya akhirnya dia pejamkan juga.
Alunan memori itu semakin menjadi-jadi,
Hari-harinya ketika semua begitu maklum, kembali terngiang.
Antara sadar atau tidak, dia meringis.
Rindu itu begitu mendominasi, demi Tuhan,
Aku tidak mau kemana-mana!, rasanya ingin dia teriak.
Nyatanya, dia tetap bertahan dalam diam. Sepenuhnya sadar,
Ingin itu tidak akan membawanya kemana-mana.

Waktu begitu pelit, dia menyalahkan,
Ia buat semuanya menjadi terburu-buru!, ujarnya emosional.
Dan dalam sepersekian sekon, dia kemudian tak lagi bisa berkata-kata.
Jam terus berdetak, dan pikirannya menjadi luar biasa berisik.
Andai bisa kujadikan apa yang sudah ada tak akan pernah berubah,
Jangan sampai segala rasa yang pernah ada itu pudar,
Aku tidak ingin jadi dewasa!

Geni Maharani XII IPA 2/9

30 July 2009

dia lalu menatap langit dan menyapa malam.

halo, malam. rasanya sudah lama aku tidak berbincang denganmu.
bagaimana kabarmu? semoga semua baik saja di atas sana.
karena bukankah dalam kegelapan semua menjadi khidmat? aku kadang sampai iri.
aku ingin mengadu, malam.
hari-hari ini begitu cepat berlalu, dan aku jadi tak lagi bisa menikmati syahdunya kamu.
tiba-tiba kok aku sudah dewasa, padahal terakhir kita berbincang rasanya aku masih begitu lugu.

sekarang semua berubah, wahai malam sahabatku yang baik, ya, semua!
kamu tahu aku selalu takut berubah.
kamu ingat kan waktu aku menangis dan menatapmu sendu saat harus berpisah dengan malaikat-malaikat putih biru itu?
aku kini merasakannya lagi. takut, namun semua tak lagi sepraktis dulu.
seandainya aku bisa jadi kamu, malam.
aku ingin tahu apa rasanya menjadi sama di kala semua yang kau peluk berubah.
menjadi penonton.
sehingga kamu bisa tahu apa rasanya meninggalkan dan ditinggalkan tanpa harus dibanting jatuh oleh fakta. sehingga kamu bisa terpesona oleh cinta tanpa harus disakiti cinta. sehingga kamu bisa melahap teori sepuasnya, tanpa perlu terluka di realita.

huf. tapi yaaa aku memang tidak bisa juga menyalahkan kamu untuk menjadi selalu sama.
toh aku tak akan disini tanpa berubah, kan?
malam, aku kini sudah besar.
tinggiku tak lagi hanya seratus sentimeter, dan wajahku tak lagi sebulat dulu.
aku sudah tidak baca majalah bobo. aku sudah tidak disuruh minum susu sebelum tidur.
oh, dan lagi, malam!
kamu harus kukenalkan dengan orang yang membuatku susah tidur belakangan ini.
dia betul-betul...
...ah, pokoknya begitu lah!
aku tidak bisa mengungkapkannya dengan baik, malam, kamu tahu kan kelemahanku itu.
dia bukan sama sekali kriteria-kriteria panjang lebar yang dulu pernah kuceritakan kepadamu.
dia juga sama sekali bukan si pembaca pikiran seperti yang kuidam-idamkan dari dulu itu.
dia juga bukaaaannn si menerima apa adanya yang memang sangat ideal itu.
tapi ya begitu itu.
dia membuatku tidak bisa tidur!
bayangkan, malam, mimpi menjadi tidak semenarik realita,
kamu bisa bayangkan kan seberapa pentingnya dia?
tapi kadang aku juga sering kesal.
karena dia sering membuatku serba salah.
dia kadang terlalu baik,
tapi bisa juga terlalu jahat.
tapi pokoknya,
dia istimewa.

dia dipanggil. maka dia menoleh, mengucap selamat tinggal, lalu kembali ke dunianya.
selamat malam, malam.

29 July 2009

surat untuk yang akan meninggalkan

lalu ketika saya mencoba sok cuek, wajah kamu kembali muncul.
ya, tentu kamu, sahabat.
orang yang ngakunya gak pernah mau baca blog tapi nyatanya tiap hari anda kunjungi juga demi tahu apa yang saya rasa.
saya lagi mendengarkan lagu westlife.
lagu-lagu norak kata orang,
tapi selalu kita nyanyikan berdua sambil naik ke atas sofa.
tertawa bersama, sambil betul-betul membagi lagu itu jadi dua suara.
harmonis, biarpun norak.
hari ini saya tidak menulis dengan bahasa susah, sayang.
karena memang yang saya rasa begitu gamblang.
begitu jelas.
tanpa harus casciscus dengan bahasa sok sastra ala saya, protes kamu selalu.

saya patah hati.

pasti waktu membaca tulisan ini lalu mata kamu mengernyit aneh dan kamu mulai ingin berteriak heboh sambil memukul saya bercanda lalu bilang "lebay banget sih luuu!" dan membuat muka-muka lucu biar suasana tidak lagi menjadi sekaku ini.
tapi sayang,
saya betul-betul serius.
saking seriusnya,
saya ingin melempar semua barang ke muka kamu.
detik ini juga!
marah, saya, kalau kamu masih naif bertanya kenapa.
sedih, tahu bahwa memang sudah saatnya kita tak lagi bermain-main dan hujan-hujanan seperti yang dulu kita lakukan bersama.
kita semua beranjak dewasa.
mau tidak mau,
saya memang harus lepaskan kamu.
harus,
walaupun ingin sekali saya memohon menangis-nangis di depan kamu supaya mungkin kamu mau mempertimbangkan untuk mengulur sedikit waktu demi anak gak mau gede ini.
tapi tidak.
saya rela kamu pergi.
tidak mau, tapi rela.
biarpun itu membuat saya menjadi kesulitan sendirian tanpa ada yang bisa menemani ke dokter gigi, mencoba baju, belanja, belajar, mengobrol semalam suntuk, apa saja.
semoga rasa itu tetap ada, selalu, selamanya.
sehingga ketika kita bertemu lagi nanti,
kita masih bisa membagi suara di lagu westlife dengan harmonis.
:)

sudah saatnya.

saya menutup mata resah.
maka seketika itu semua di sekeliling saya terasa berhenti.
atau berjalan,
tapi tak mengangkut saya serta untuk detik itu.
maka jelaslah semua. rasa-rasa yang daritadi saya tahu ada tapi tak berani saya hidupkan.
begitu jelas. terlalu jelas, kalau anda ingin lebih spesifik.
hati saya seperti mengejanya perlahan.
satu demi satu.

t a k u t.
ta kut.
takut.

ya, saya takut.
begitu takut, sampai yang ada di kepala saya juga hanya takut takut takut takut takuttt!
begitu takut, sampai rasanya tidak ada yang lebih baik daripada membekukan detik di kepala saya. dengan secuil harapan, semua akan ikut berhenti.
namun nyatanya tidak.
mau saya ngambek seperti apa juga, dunia terus berputar dengan angkuh.
fakta tetap membunuh siapa saja yang lemah.
waktu bahkan tidak menoleh simpatik.
betul-betul tidak.

jadi sekarang saya cuma bisa bengong.
mau memeluk sahabat sekuat tenaga sampai tulang terasa sakit,
mau mengenang semua rasa yang ada dan pernah ada.
tapi ya begitu.
tak ada gunanya.
tanpa ada opsi setuju atau tidak,
waktu akan terus beranjak.
tidak membiarkan satuuuu saja manusia mengemis-ngemis untuk jadi batu di derasnya sungai kehidupan.
anda memang bisa saja bermimpi menjadi peter pan,
tapi toh faktanya tempat menggiurkan itu tetap neverland.
never existed
.

saya sedih.
tapi mau histeris teriak-teriak kok rasanya buang-buang tenaga,
mau menangis sejadi-jadinya juga rasanya tak berguna.
dia tetap akan pergi.

19 July 2009

alasan.

semakin anda dewasa, kekecewaan anda terhadap hidup akan semakin bertambah.
anda mulai bertanya-tanya kenapa orangtua anda begini, suami anda begitu, kekasih anda seperti ini, anak anda seperti itu dan semuanya.
anda menjadi terlalu sensitif.
kenapa begini?kenapa saya?
kadang-kadang anda terlalu emosional untuk sekedar menjaga sikap.
dan dunia tidak lagi jadi menyenangkan.
pupus sudah semua semangat anda untuk setidaknya bermain-main di dunia ini.
anda menjadi terlalu marah.
aneh, bukan?
itu baru satu.
lalu marah anda menjadi salah semua orang yang berusaha mendekati anda.
dan seketika itu pula, para penghibur itu tidak lagi jadi baik.
anda menjadi si datar yang tidak bernuansa.
aneh?
memang.

maka jangan salahkan siapa-siapa kalau niatan menghibur itu luntur.

14 July 2009

salah.

hanya satu tanya yang kemudian ada di otak dan membuat saya marah setengah mati dan mengirimkan tanya ini ke dua orang yang saya yakini bisa menjawabnya:



salahkah kalau kadang saya ingin menjadi egois dan saat itulah saya sadar bahwa tak ada lagi ruang untuk itu hanya karena di sekitar saya hanya ada orang-orang egois?

13 July 2009

exhausted.

ping
pong
ping
pong

aku
BUKAN
bola
ping
pong!

12 July 2009

ignorance is a bliss?

menjadi brengsek kadang bisa membuat anda merasa lebih baik.
sehingga semua yang dulunya benar tiba-tiba kok terasa salah,
dan semua yang salah menjadi terlalu salah.
keterlaluan,
menyakitkan!
jadi anda kemudian akan mengeluarkan sumpah serapah makian kata-kata kasar,
menyakiti semua,
SEMUA, yang pernah menyakiti anda.
tidak peduli lagi apa yang benar, bagaimana yang tepat atau yang bijaksana.
anda sudah terlalu benar selama ini sampai-sampai anda muak untuk menjadi si baik.
anda tidak peduli ketika apa yang anda lakukan membuat dia, mereka, menyesal setengah mati dan berteriak agar anda kembali.
anda begitu sakit hati,
SAKIT HATI!, teriak anda emosional.
dan anda merasa tidak ada lagi orang yang bisa membuat anda merasa lebih baik.
merasa tidak ada lagi yang harus anda percaya selain diri anda sendiri.
kadang anda sedih, bimbang kenapa semua harus begini dan anda harus menjadi sebegini jahat,
tapi sebagian diri anda merasa begitu benar,
saya memang pantas marah, batin anda.

saya bisa mereka-reka apa yang kamu rasa, sahabat.
dan saya tidak peduli apa yang kamu bilang, manipulatif, naif, brengsek, apa saja.
serius, saya tidak peduli.
persetan dengan semua predikat yang tak habis-habis kamu hujam untuk saya.
persetan kalau saya parasit kata kamu, brengsek kata mereka, atau apa saja!
saya hanya ingin kamu kembali.

13 June 2009

kasmaran? emang!

kadang secercah rasa bisa menjadikanmu sejuta kali lebih buruk.
atau sejuta kali lebih baik, entahlah.
semua logika dan khayal-khayal fantastis itu seketika mengabur, dan tiada satu pun yang bisa memperbaikinya.
dia hanya jatuh cinta.
terlalu jatuh cinta.
terlalu jatuh,
atau terlalu cinta?
dia tidak peduli.
persetan lah kalau ini cinta monyet, cinta palsu atau cinta model mana saja.
tapi nyatanya, rasa itu ada.
tidak peduli bagaimana kalau satu tahun lagi dia mencemooh diri sendiri,
atau bagaimana kemarin dia masih gembira dalam bebasnya.
dia betul-betul tidak peduli.
ti dak pe du li.
dia mabuk.
dia gila.
ya, teriakkan saja semua ke angkasa,
yang dia tahu,
mereka jatuh cinta!

08 June 2009

resah.

kadang apa yang terjadi membuat kita mati rasa.
semua ini bisa jadi membuatmu gila.
membuat saya sakit hati tanpa perlu mengerti.
menjadikan apa yang dulu dianggap penting menjadi sebelah mata.
sehingga hadirlah saya yang hanya eksis di detik ini, jam ini, momen ini.
satu-satunya yang bingung, ketika semua orang menanyakan kebahagiaan saya.
gembira, tentu saja!, ucap saya sambil tersenyum yakin.
hanya saja saya kadang rindu ketegasan yang dulu sempat saya miliki.
ya, manusia berubah seiring waktu, saya mengerti.
hanya saja kadang perubahan itu begitu cepat, terlalu terburu-buru.
dan ketika kita menengok, kita tak lagi menemukan alasan mengapa begini dan tidak bisa begitu.
dan apa yang kita genggam entah seberapa bernilainya sampai kemudian kita menjadi terlalu takut untuk melepasnya, namun di momen yang sama engkau bisa jadi merasa begitu asing untuk merengkuhnya lebih dalam.
engkau seperti mencari dalam gelap.
bisa jadi kau menyentuh benda tajam, lalu terluka.
bisa jadi kau menyentuh lengan-lengan yang akan membantu menyalakan lampu untukmu.
semua posibilitas menjadi mungkin,
hanya saja kau harus terus berusaha menyentuh.
tanpa bisa tahu apa yang akan kau sentuh.
engkau kemudian akan merasa jantungmu berdegup cepat karena rasa senang dan takut yang menyergapmu sekaligus, nyaris membuatmu sesak napas.
maka engkau kemudian akan teringat betapa bosannya engkau ketika disuruh duduk diam menikmati terangnya sekitarmu tanpa harus mencoba menyentuh dan mencari lagi. dan seketika itu juga akan muncul setitik sesal yang tak bisa lagi kau tutup-tutupi.
tapi cerita itu sudah menjadi kisah, dan semua orang di dunia ini tak bisa lagi mendorongmu mundur.
maka saya pun hanya bisa tersenyum,
menertawakan semua yang bisa ditertawakan.
termasuk saya sendiri.

27 May 2009

ungkap.

sinetron memang mungkin tidak akan menjadi semurahan itu andai semua orang tidak sedemikian gengsi untuk mengakui bahwa hidup memang sebuah drama.
drama yang kadang terlalu fiksi sampai-sampai anda tidak sampai hati menyebutnya betulan ada.
saya, salah satu yang terlalu gengsi.
sampai-sampai hanya untuk bercerita saja saya ogah menjadi deskriptif,
karena memang sejujurnya hanya bingung, yang ada di otak saya.
saya dikaburkan fakta dan rasa yang membaur terlalu akrab, sampai-sampai saya tidak mengerti lagi dimana letak prioritas saya yang dulu saya agung-agungkan.
sahabat.
ketika segalanya belum terlanjur, saya hibur dia dengan kata-kata.
kata-kata yang kata dia begitu puitis dan merasuk sampai dia bisa bilang 'kamulah yang paling mengerti, sahabat' lalu memeluk saya hangat.
tapi, ya, percaya atau tidak memang saya rasakan sakit yang dia simpan ketika itu.
pahit yang dia usahakan selalu tersembunyi.
tapi nyatanya saya menjadi brengsek,
kenapa?
kenapa?
kenapa?
sumpah, saya juga tidak mengerti!
kata orang, ikuti kata hati.
tapi jika hati membawa jatuh, saya sudah tidak mengerti lagi.
kapok saya,
terlalu mendengarkan kata hati.
tapi semua kemudian menjadi terlanjur, dan tak lama lagi menjadi cerita.
yang paling parah, sesal dan syukur itu menjadi tak terpisahkan.
karena nyatanya saya dimanjakan dengan fakta yang begitu sinetron.
picisan,
tapi romantis.
demi Tuhan, sesal itu ada.
sesal karena telah menjadi sakit.
telah menjadi sakit yang begitu sakit karena dulunya cita-cita saya menjadi si pelipur lara.
bukan si pembawa pisau.
tapi apa saya sebegitu jahatnya,
sampai saya juga merasakan senang yang setengah mati,
karena hati yang tak hentinya membuat saya tidak konsentrasi?

maaf.maaf.maaf.maaf.maaf.maaf.terima kasih.
belakangan saya sadar bahwa saya begitu munafik.
tapi serius,
saya betul tidak menyangka.
siapa sangka dunia betul-betul setakterduga itu.
saya tidak biasa dengan kejutan.
maka tinggalkan saja saya jika anda memang begitu sakit hati.
biar saya rasa pahit yang kau reguk.
tampar saja pipi kanan dan pipi kiri!
agar saya rasa sakitnya dipukul.


tunggu.



maaf.
maaf.
maaf.
maaf.
maaf.
maaf.
maaf.
saya betul-betul bingung.

02 May 2009

jatuh,
cinta.




mendadak saya rindu sakit yang ngangenin itu.

koma ,

matanya nanar menatap layar komputer.
dia bingung,
kronis.

hatinya berdegup dua kali lebih cepat,
maka tak ada lagi waktu untuk logika menyelinap.
dia jatuh hati.

semua orang menentang,
namun wajahnya membayang.
ingin ia teriak,
pergi kamu!
namun di saat bersamaan hatinya berbisik,
bilang cinta dan semua akan menjadi baik.

dia tidak bisa menjelaskan betapa kata-kata begitu susah menjelaskan segalanya.
betapa dia seperti terpesona melihat setangkai mawar.
kagum akan keindahannya,
sekaligus takut akan tajamnya duri.
dia tahu benar,
tidak mungkin memeluk mawar tanpa berdarah.

dan yang paling gila,
dia mau berdarah demi sereguk keindahan itu.
dia mau ditusuk demi pelukan.
ya, bilang dia gila!

cerita tidak akan berakhir tanpa titik.
maka biarkan saja luka menjadi koma,
agar dia tidak perlu bangun dan sadar,
selama ini dia mencari luka.

untuk sahabat yang jatuh hati,
tapi tak pernah mau mengaku.

27 April 2009

mengawang.

saya tidak mengerti kenapa begitu sakit untuk hanya bicara seadanya. kadang ada ketakutan-ketakutan yang saya sendiri tidak mengerti kenapa harus ada. saya sudah entah berapa kali menasehati sahabat-sahabat untuk sudah keluarkan saja semua yang di hati. dan sudah entah keberapa kali juga saya diberi terima kasih dari sahabat-sahabat yang merasa saya begitu bijak. yang mereka tidak tahu, saya begitu bodoh dalam praktek. saya hanya bisa memberi nasehat, tapi saya tidak mau sadar bahwa sesungguhnya sayalah yang paling butuh dinasehati. saya rasa saya sudah tuli. kronis. dan itu satu hal yang tidak ada yang mau tahu. terutama saya sendiri.

air mata saya selalu mulai menetes seakan terjadwal setiap saya meletakkan kepala di atas bantal. saya benci keadaan dimana saya mulai merasa sepi. saya benci keadaan ketika saya tidak ada kesibukan. dan yang paling saya benci, ketika saya di tengah orang-orang yang saya cintai sekaligus saya benci. ketika saya bingung antara mencium pipi mereka atau menamparnya. ketika saya merasa bahwa saya bukan saya.

saya masih bisa bertahan terlihat cuek entah sampai kapan lagi. saya tahu mereka marah. saya tahu mereka mulai membenci saya. tapi saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. ya, kamu yang membaca pasti juga kemudian akan mulai marah, dan merasa buang-buang waktu membaca halaman ini. lalu kamu mungkin akan langsung menutup halaman blog saya yang entah kenapa juga kamu buka. maaf. saya memang sedemikian bodoh.

saya sedih ketika melihat mereka marah. ketika mereka memaki saya tidak peduli. ketika mereka bilang saya egois. begitu ingin saya menghambur dalam tangis lalu menciumi mereka untuk menyatakan maaf atau cinta atau apa saja yang mau mereka dengar. ya tapi toh saya akan diam lalu sok tidak menggubris sehingga mereka semakin marah. semakin membenci saya. saya sudah tidak bisa merasa. apalagi berbicara. menulis pun saya begitu sakit.

saya begitu ingin jadi pahlawan lagi.
ketika saya masih kecil, setiap saat saya merasa bosan dengan keadaan saya akan merengek minta pulang dan teriak-teriak "aku mau pulang!!" sambil ngambek jika dicuekin. dan sampai di rumah lalu saya akan kembali jadi anak manis yang main barbie sama kakak-kakak saya dan main rumah-rumahan sama adik saya. anak manis yang tidak akan menyisakan sayur masakan mama ketika makan siang dan dibonceng motor sama papa.
ketika saya bosan di sekolah dan berantem dengan teman sebaya, saya lalu kesal dan mendorong teman saya lalu lapor ke guru dan bilang, "aku mau pulang saja!!", ngambek lagi. tapi sampai di rumah, saya kembali ceria dan bergelayut di tangga dengan omelan mama yang khawatir.
ketika saya dimarahi pelatih saat kaki saya tidak bisa landing sempurna atau berputar dengan fokus, saya akan menangis di toilet terus melepas sepatu skating dan telepon papa sambil bilang, "aku mau pulang!!". dan sampai di rumah akan menangis di tempat tidur yang acak-acakan sambil mendengarkan lagu disney sampai puas.
dulu, rumah adalah nirwana saya.

tapi sekarang saya baru bisa bilang karena apa yang sudah berlalu mungkin memang bukan milik saya lagi. di supernova karya dewi lestari, tertulis "bisa kamu bayangkan jika ranjangmu adalah neraka?" dan saya baru merasakan betapa semua yang dia tulis begitu nyata.

16 April 2009

aku
butuh
seseorang.
satu.
orang.
saja.




(paling tidak diriku sendiri?)

badai serotonin di pagi buta.

tak heran energi ini begitu terkuras.
sakit ini tak dibagi,
tapi dinding itu selalu diabsen hadir.
buka mata menjadi sakit,
memulai hari bagai akhir.

tidak heran.
lawanku si realita!

(si homunculus yang dipaksa buta)

sok tau.

sekarang
aku
paham.

perasaan monster yang sedih ketika dirinya menjadi monster.
(dan betapa dia tidak bisa merubah dirinya jadi pahlawan)

29 March 2009

foto

hari minggu.
sendiri.
dia makan sambil memandangi seluruh ruang yang begitu sepi ,
lalu dia melihatnya.

sebuah foto 10 tahun yang lalu.
wanita cantik, senyumnya merekah.
dulu dia kenal baik.
busananya kuning elegan,
mengatakan pribadi yang hangat.
tatapannya tajam,
seakan dia tidak akan pernah jatuh.

dia tertegun.

pertama-tama dia ingin mendengus mencemooh fakta.
tapi hatinya begitu rapuh, dia mudah terenyuh.
maka,
tes tes tes!
dia kembali cengeng.

lalu?

cari cari cari.
melihat yang dikira dicari.
tapi keliru.
cari cari cari.
ketemu yang pas di hati,
tapi punya siapa?
cari cari cari.
capek sendiri.

28 March 2009

subuh.

malam sudah berganti pagi.
dia hanya bengong.
ngantuk.
tapi tidak mau tidur lantaran takut esok yang keburu datang.
mendadak dia kesepian.
dia ingin ditemani semua orang.
ingin menelpon semua teman yang sudah tidur.
sedih sedih sedih.
tapi tidak mengerti.
tidak bisa menerka apa yang sekiranya hilang,
atau apa yang mungkin salah.
sedih sedih sedih.
atau lebih tepat mungkin bingung.
dia ingin dipeluk.
sepi.

03 March 2009

situasi.

mendadak dia yang sedang berdoa tersentak. napasnya tersengal, memburu. matanya yang sudah nyaris menutup mengernyit, sakit. lalu kepalanya pusing, pusing yang sudah ditahannya sedari sore. pusing, pusing, pusing. terlalu pusing. dia mau muntah. kemudian dia menggigil. udara pengap tanpa AC di kamarnya mendadak berubah sedingin es. dia mendadak ketakutan, lalu puncaknya dia menangis. bingung, sendiri dan sakit.
dia tidak percaya dia mendadak ketakutan dalam kesendirian. dalam kesakitan.
tapi setelah terbaring tak berdaya, menggigil dan mau muntah, dia ambil keputusan.
ia datang dua menit setelah ditelpon.
tetap tanpa ekspresi, namun ia membelai rambut anaknya.
mengecek suhu tubuhnya dan mendekapnya sampai anak itu pulas.
pipinya basah oleh tangis takut.
dia sakit.

28 January 2009

sebatas harapan.

hujan pun turun, membasahi, membawa pikirku kembali.
di saat tawamu menemaniku, detik yang begitu berharga.

kini semua t'lah berubah, tinggalkan ku yang t'rus berharap.
andai kau tak pernah meninggalkanku,
andai kita masih bersama.

tahukah kau aku begitu merindukanmu?
dalam sakit dalam tangis yang tak jua habis
sadarkah kau aku selalu membutuhkanmu?
dalam suka dalam duka di hari-hariku

kini hanya satu pintaku,
kini hanya satu pintaku,
kembali.


untuk dia yang hanya satu dan tidak pernah mau tahu.

18 January 2009

dua sisi.

satu bilang saya egois,
satu bilang saya pantas.
padahal saya hanya ingin tanya satu hal,
apa salah saya?
mungkin memang semua hanya salah paham yang terlalu dibawa serius.
saya sakit hati.
sakit hati, saya.


saya perlu tidur. tidak perlu lihat siapa-siapa, termasuk kamu.

13 January 2009

jadi siapa?

apa yang sudah lewat memang sebegitu berharga.
maka jangan salahkan, kalau momen yang sudah berlalu tak akan ada lagi biar kamu memohon sampai gila pun. saya sudah begitu paham. sampai-sampai saya tak sanggup lagi membiarkan ada detik yang masih harus lewat. saya tidak sanggup kehilangan lebih banyak lagi. saya bisa mati menyesal kalau begini caranya.
permintaan saya sederhana saja. saya hanya tidak ingin apa yang sudah baik harus dirusak sang waktu yang angkuh dan sialan. saya hanya tidak mau melepas apa yang pernah saya punya. saya egois. saya begitu ingin merengkuh semua yang sudah pernah ada dan menggengam semuanya erat-erat. saya takut sendirian. saya takut!
tapi kini apa saya salah, kalau saya begitu trauma melewati detik?
waktu sudah merenggut separuh nyawa saya, dimana satu-satunya pengertian yang saya aminkan hanyalah bahwa nyawa hanya bisa direnggut sepenuhnya, yaitu ketika saya mati nanti.
saya tidak terima setengah-setengah. mana saya bisa hidup kalau hanya dengan separuh nyawa?
jadi sekarang saya lumpuh. mana bisa saya berlari ketika saya harus kehilangan sebelah kaki? jangan sembarangan menyuruh. saya juga masih ingin kalau boleh menatap hari esok dengan mata yang berbinar. tapi mana bisa saya senyum-senyum membayangkan esok yang lebih baik kalau baru bangun tidur saja sudah ditampar si fakta?
saya sakit hati, teman-teman!
saya hanya tidak mau dibodohi lebih banyak lagi. saya sudah merasa begitu telanjang. saya tidak lagi punya apa-apa!
jadi jangan terus-terus menghakimi, karena apa yang kamu lihat memang bukan sepenuhnya saya. karena saya memang tidak lagi setertebak yang kamu kira.
saya sudah jadi si pura-pura.


mungkin jadi si pura-pura akan lebih baik daripada jadi si cengeng.

sekarat.

hari ini memang hari luar biasa.
hujan yang terus terus terus menemani, sepi yang terjadwal.
di sanalah dia lalu berada.
di sudut kamarnya, yang sengaja gelap dan sepi.
kembali menulis segala surat. melipat burung kertas. menulis cerita yang dia harap menjadi fakta. memunguti serpih-serpih si hati yang berserakan menjadi sampah. menangis diam-diam.
ini sudah menjadi rutin. dia sudah menjadi kebal.
biasanya setelah lelah menangis dan menulis dia lalu hanya bisa diam. termenung. lalu dia akan tersenyum kecil. dan mulai menertawakan diri sendiri. mulai memaki-maki diri sendiri.
dasar bodohhh kamu, gumamnya gemas.
ngapain sih kamu?, tanyanya sambil tertawa.
siapa sih kamu?, tanyanya mulai getir.
kenapa sih saya?, teriaknya sedih. lalu isaknya akan kembali berbaur dengan suara hujan di luar.
begitulah musim hujannya.
begitu sakit.
begitu sepi.
kombinasi yang sanggup menjadikan manusia menjadi seonggok mayat.
namun dia belum.
dia masih ingin menanti. dia merasa dibodohi kalau mati dalam sakit dan sepi.
dia tidak mau sakit hati sampai mati.
dia masih mau.




malam itu, ketika tetesan hujan tinggal satu dua,
dia berdoa.

dia yang begini.

betapa tersiksanya menjadi si mandiri.
sakit hati yang disimpan sendiri, berdiri yang begitu sepi, tertawa yang begitu palsu.
namun tidak ada lagi yang tersisa.
jika si mandiri direnggut, yang tertinggal hanyalah jiwa yang terlalu sepi.
tik tok tik tok di dinding hanya bisa tertawa dalam monotonnya,
ternyata begitu sakit menjadi si tertutup!
air mata yang hanya boleh bertemu bantal, raungan yang dijaga hanya sebatas angan .
menulis pun tak boleh sembarang,
apalagi kata yang takutnya terlalu lancang.
si homunculus muak dijaga untuk patuh,
lebih baik aku mati!

kata sambutan.

selamat datang di dunia saya.
di mana penonton dipaksa menjadi pelaku.
di mana fakta terlalu menjadi fiksi.
di mana semua selalu tak cukup.
halo!