26 January 2011

tidak ada waktu untuk stres

22 January 2011

unthinkable

you won't see this
i love you,
would you be mine?:)


staring at this particular handwriting,
can't stop smiling.

oh,
what's not to love about you?

16 January 2011

last note

the worst part of living in bandung is that you're not there.

and my life would suck,
without
you.


aaah,
what's good in goodbye?

12 January 2011

melancholy hits hard.

pernah saya membaca tulisan seorang teman yang saya rasa begitu lugu,
karena... dia mengandaikan dirinya terbuat dari kaca.

harapan yang begitu menarik,
dan sangat mengena.

tidakkah akan menjadi sangat menyenangkan?
ketika kamu dan saya terbuat dari kaca,
sehingga semua yang di dalamnya dapat dengan mudah dimengerti orang lain.

kita tidak bisa menutupi apa-apa,
dan pikiran apapun,
sejujur apapun,
serumit apapun,
sesederhana apapun,
dapat dilihat semua orang.

tidakkah segalanya akan menjadi mudah?

tidak ada lagi tangis yang tersimpan,
atau amarah yang tertahan,
semua hanya akan menjadi...jelas.

biar semua orang tahu siapa yang ada di dalam,
biar semua orang tahu apa yang sedang terjadi di dalam,
biar tidak perlu ada pikiran yang terbatas pengungkapan.

karena, diam-diam,
saya juga berharap seandainya kita terbuat dari kaca.

11 January 2011

ya, saya se jatuh cinta ini.

saya selalu takut akan ketidakpastian.
walaupun saya tahu ketidakpastian selalu mengiringi, dan semua orang harus belajar hidup berdampingan dengannya.

saya juga selalu takut akan perpisahan.
walaupun,
ya,
saya tahu semua orang harus belajar hidup berdampingan dengan perpisahan.

saya tahu semua yang saya takuti hanya sebatas putaran kenop pintu. hanya sebatas satu sisi koin dengan pasangannya. hanya sebatas depan dan belakang. namun saya tetap takut.

saya biasanya lupa, dengan segala ketakutan saya ini, ketika saya berusaha mendistraksinya dengan menikmati semuanya. setiap proses. setiap tawa. setiap tangis. setiap jatuh cinta. setiap patah hati.

tapi kali ini saya sendiri terkejut,
karena rupanya dengan menikmati, bahkan terlalu menikmati, diam-diam kebahagiaan saya dengan sendirinya berjalan dengan ketakutan saya yang semakin menghantui.

---

bukan sekali saya jatuh cinta dengan kamu,
bukan sekali saya ikut jatuh cinta dalam kejatuhcintaanmu,
dan bukan sekali saya patah hati dibuatnya.

saya tidak berani bilang saya jatuh cinta pada pandangan pertama. mungkin lebih tepat kalau dibilang, saya jatuh cinta pada tulisan pertama. saya jatuh cinta pada cara kamu menderetkan huruf. saya jatuh cinta pada cara kamu menceritakan segala hal. saya jatuh cinta dengan caramu berpikir, caramu mengungkap cinta, caramu menilai cerita. saya jatuh cinta dengan kamu dalam berbagai jenis cara yang saya sendiri bingung menjelaskannya. saya terlalu jatuh cinta, sampai ketika kamu jatuh cinta, saya malah tidak terlalu menggubris hati saya sendiri dan dengan bodohnya malah semakin jatuh cinta kepada kamu yang jatuh cinta dengan orang lain. saya sampai sekarang juga tidak mengerti.

maka ketika kamu benar-benar menjadi nyata, saya sebegitu bahagianya. rasanya semua yang sudah terlewat mendadak menjadi kenangan manis, menjadi noktah-noktah mungil pengingat bahwa kamu sekarang ada di sini. di sini. menitipkan hati di sini. demikian dengan cerita-cerita yang menjadi selalu ada, dengan genggam tangan yang nyata, dengan cinta yang dialamatkan untuk saya. saya. dan kamu. akhirnya. akhirnya. akhirnya. saya dan kamu. berdua, dan tidak menjadi platonik semata. berdua.

dan meskipun saya tahu dia akan segera menyusul, ketakutan-ketakutan menyebalkan itu, namun saya tidak menyangkanya akan datang secepat ini.

saya takut kehilangan semua ini.

saya takut kalau-kalau semua ini utopis. hanya sebatas mimpi yang menunggu dibangunkan kembali dan menyadari semua tidak benar-benar ada. saya takut kalau-kalau semua cinta yang ada ternyata sama sementaranya dengan yang sudah-sudah. saya takut kalau-kalau semua yang kita jalin tidak sesuai harapan dan harus pupus setengah jalan. saya takut kalau-kalau genggam saya kurang kuat untuk membuatmu nyaman di sini. saya takut kalau-kalau hati yang sudah berkali-kali saya titipkan kembali kamu kembalikan. saya takut kalau-kalau kamu mendadak menyadari kamu seharusnya bersama dia, bukan saya. saya takut kalau-kalau kamu berbalik begitu cepat sampai saya tak sempat membaca tulisan terakhir tentang saya. saya takut. saya takut. bilang saja saya gila, tapi ya, saya takut. saya takut!

karena semua yang nyata ini terlalu ilusi,
dan yang tadinya ilusi menjadi terlalu nyata.

karena sebenarnya saya dibuat gila oleh ketakutan akan kehilangan semua ini, terutama:
kamu.

05 January 2011

ketika semua sudah ada di tempatnya.

terima kasih.

dia tidak juga bisa berhenti tersenyum sejak mendapat hadiah natal teristimewanya. dia tersenyum saat tidur, dia tersenyum ketika bangun, dia tersenyum dengan mata tertutup, dia tersenyum dengan mata terbuka. dia tersenyum ketika menulis ini. seandainya senyum bisa dideskripsikan dengan lebih spesifik. dia bahagia.

terima kasih.

karena akhirnya tangis-tangis di balik bantal itu menjadi tidak sia-sia. dan akhirnya pertemuan mereka yang telah direncanakan sedemikian rupa oleh sang Semesta itu tidak jadi sekedar lewat. segala jenis komunikasi yang selalu dicap lebih dari sekedar teman. semua surat-suratan tidak penting yang selalu ada. dan semua pembicaraan telepati yang sama-sama dirasa konyol namun benar adanya. akhirnya. akhirnya. akhirnya.

terima kasih.

untuk membiarkan dia bilang akhirnya.
akhirnya bisa bergandengan tangan dengan lega.
akhirnya bisa saling memperkenalkan dengan alasan.
akhirnya bisa berkata sayang.
akhirnya bisa saling mencantumkan nama.
akhirnya bisa bilang akhirnya.


ignatius primadi,
akhirnya.


dia masih tetap tersenyum.