13 January 2009

sekarat.

hari ini memang hari luar biasa.
hujan yang terus terus terus menemani, sepi yang terjadwal.
di sanalah dia lalu berada.
di sudut kamarnya, yang sengaja gelap dan sepi.
kembali menulis segala surat. melipat burung kertas. menulis cerita yang dia harap menjadi fakta. memunguti serpih-serpih si hati yang berserakan menjadi sampah. menangis diam-diam.
ini sudah menjadi rutin. dia sudah menjadi kebal.
biasanya setelah lelah menangis dan menulis dia lalu hanya bisa diam. termenung. lalu dia akan tersenyum kecil. dan mulai menertawakan diri sendiri. mulai memaki-maki diri sendiri.
dasar bodohhh kamu, gumamnya gemas.
ngapain sih kamu?, tanyanya sambil tertawa.
siapa sih kamu?, tanyanya mulai getir.
kenapa sih saya?, teriaknya sedih. lalu isaknya akan kembali berbaur dengan suara hujan di luar.
begitulah musim hujannya.
begitu sakit.
begitu sepi.
kombinasi yang sanggup menjadikan manusia menjadi seonggok mayat.
namun dia belum.
dia masih ingin menanti. dia merasa dibodohi kalau mati dalam sakit dan sepi.
dia tidak mau sakit hati sampai mati.
dia masih mau.




malam itu, ketika tetesan hujan tinggal satu dua,
dia berdoa.

No comments:

Post a Comment