29 March 2009

foto

hari minggu.
sendiri.
dia makan sambil memandangi seluruh ruang yang begitu sepi ,
lalu dia melihatnya.

sebuah foto 10 tahun yang lalu.
wanita cantik, senyumnya merekah.
dulu dia kenal baik.
busananya kuning elegan,
mengatakan pribadi yang hangat.
tatapannya tajam,
seakan dia tidak akan pernah jatuh.

dia tertegun.

pertama-tama dia ingin mendengus mencemooh fakta.
tapi hatinya begitu rapuh, dia mudah terenyuh.
maka,
tes tes tes!
dia kembali cengeng.

lalu?

cari cari cari.
melihat yang dikira dicari.
tapi keliru.
cari cari cari.
ketemu yang pas di hati,
tapi punya siapa?
cari cari cari.
capek sendiri.

28 March 2009

subuh.

malam sudah berganti pagi.
dia hanya bengong.
ngantuk.
tapi tidak mau tidur lantaran takut esok yang keburu datang.
mendadak dia kesepian.
dia ingin ditemani semua orang.
ingin menelpon semua teman yang sudah tidur.
sedih sedih sedih.
tapi tidak mengerti.
tidak bisa menerka apa yang sekiranya hilang,
atau apa yang mungkin salah.
sedih sedih sedih.
atau lebih tepat mungkin bingung.
dia ingin dipeluk.
sepi.

03 March 2009

situasi.

mendadak dia yang sedang berdoa tersentak. napasnya tersengal, memburu. matanya yang sudah nyaris menutup mengernyit, sakit. lalu kepalanya pusing, pusing yang sudah ditahannya sedari sore. pusing, pusing, pusing. terlalu pusing. dia mau muntah. kemudian dia menggigil. udara pengap tanpa AC di kamarnya mendadak berubah sedingin es. dia mendadak ketakutan, lalu puncaknya dia menangis. bingung, sendiri dan sakit.
dia tidak percaya dia mendadak ketakutan dalam kesendirian. dalam kesakitan.
tapi setelah terbaring tak berdaya, menggigil dan mau muntah, dia ambil keputusan.
ia datang dua menit setelah ditelpon.
tetap tanpa ekspresi, namun ia membelai rambut anaknya.
mengecek suhu tubuhnya dan mendekapnya sampai anak itu pulas.
pipinya basah oleh tangis takut.
dia sakit.