11 March 2011

dia dan gelas



dia selalu ingin memiliki gelas itu.
gelas yang terpajang di sebuah toko kecil di pinggir jalan. tidak ada yang istimewa, tapi dia begitu menyukainya. pertama kali melihatnya empat tahun yang lalu, dia hanya merasa gelas itu sempurna. cocok. bagai potongan puzzle yang entah kenapa begitu melengkapi. sampai ketika seperti biasanya dia mengunjungi toko itu, dia menyadari sesuatu: bagian bibir gelas itu pecah sedikit. entah dia yang baru menyadarinya, atau memang dari awal sudah demikian. tampaknya, ada seorang atau dua orang pengunjung yang mengambilnya dengan sembarangan, sehingga bibir gelas itu terbentur ujung lemari dan pecah.

dia tetap ingin memiliki gelas itu.
walaupun dia sangat kesal kenapa orang-orang tidak bertanggungjawab itu berani-beraninya merusak gelas itu. gelas kesukaannya. satu-satunya. walaupun dia sangat marah kenapa dia tidak lebih dulu membelinya sebelum gelas itu dirusak. walaupun bibir gelas itu pecah sedikit. walaupun gelas itu tampak tidak sesempurna seperti yang pertama dia lihat. dia tidak peduli, dia sudah terlanjur jatuh hati pada gelas itu. dan hanya yang itu.

dia akhirnya memiliki gelas itu.
waktu akhirnya menjawab, karena dia akhirnya bisa memiliki gelas itu. dia begitu menyayanginya. gelas itu dirawat, dicuci dan dipakai setiap hari. untuk meminum apa saja. mulai dari air putih, susu coklat, jus jeruk, sampai kopi pahit yang membakar lidahnya. semua diminum dari gelas itu. gelas kesukaannya. apapun yang dia minum, dia tidak peduli. yang penting dia pakai gelas itu. sampai suatu saat dia sadar bibirnya terluka karena bibir gelas yang tidak sempurna itu. perih, bahkan kadang berdarah. kadang ini membuatnya bimbang, apa seharusnya dia tidak memakainya lagi?

tapi ini tidak adil.
seharusnya semua sempurna selamanya, andai saja gelas itu tidak dipecahkan oleh orang tak berperasaan yang tidak tahu cara memperlakukannya.
aku tidak ingin berhenti memilikinya.
tidak ingin berhenti memakainya.
untuk minum air putih, susu coklat, jus jeruk, dan kopi pahit.
untuk minum apa saja.
ini tidak adil.

tapi sekarang dia menangis di hadapan gelas,
gelas kesukaannya.

dia tidak ingin terluka terus karena pecahan gelas yang bukan salahnya.


tapi dia tetap ingin memiliki gelas itu.
selamanya.

No comments:

Post a Comment