11 February 2010

untuk apa yang sudah tidak ada dan apa yang masih ada.

kata demi kata meluncur deras dari otaknya. huruf demi huruf terketik lancar dari jemarinya. namun semua nuansa sudah hilang. tak ada lagi yang dimengerti. esensinya absurd. apa? dia tidak tahu. apa yang dia tahu hanya dia sebetulnya gemetaran saat menulis ini. jantungnya berdegup dua kali lebih cepat, seakan dia habis berlari. mungkin dia memang berlari. tanpa menggerakkan kaki. apa yang dia tahu hanya bulir-bulir air itu memang selalu siaga di balik kelopak. sebentar-sebentar mencari kesempatan untuk menyelinap keluar. yang dia tahu mungkin hanya dia tidak pernah betul-betul belajar dengan baik, ketika dia mengerjakan semua soal sampai pusing. pikirannya terasa absurd. hilang, datang, hilang. apa yang bisa dimasukkan jika memorinya terasa rusak. hanya bisa mengulang dan mengulang tapi tidak tahu menahu apa yang harus dipikir. mungkin yang dia tahu hanya dia menangis tersedu-sedu di pelukan ayah yang tak habis pikir apa yang terjadi. atau mungkin yang dia tahu hanya ketika dadanya terasa sakit, sakit yang terlalu sakit, sampai dia tidak bisa bernapas dan lalu meraung-raung sampai ketiduran.lelah.
mungkin yang dia tahu hanya itu. mungkin.
tapi dia tetap tidak mengerti. apa yang dia nanti setiap hari. apa yang ingin dia lakukan hari ini. besok. lusa. apa yang dia pikirkan ketika tidak bisa tidur di malam hari. seperti hari ini. apa yang dia cari dari sepersekian detik kosong yang selalu dia ulur dari apapun yang dia lakukan. apa yang dia cari dari telpon genggam yang belakangan jadi sering kelupaan ada dimana. apa yang dia lihat ketika bengong di jalanan pulang. apa yang dia gambar ketika ada pembahasan soal. apa yang ada di otak ketika melakukan ini itu.absurd.

manusia nuansa,
dia tak lagi ada.

No comments:

Post a Comment