27 June 2010

untuk dua sahabat menari.

aku tidak pernah lupa ekspresi kalian,

terjebak di masalah yang sama.
sampai tidak sanggup meringkas semua menjadi mudah,
ngalor ngidul sambil terus merasa deja-vu.
kurang tidur karena itu-itu juga,
kelebihan bermimpi juga dengan alasan yang sama.

apa kita terlalu naif?
tanda tanya ini kemudian muncul,
membumbung,
mengawang tanpa kendali.
sibuk menyembunyikan jawaban di pikiran masing-masing.

tapi aku tidak ingin semua ini berakhir.
apa kata selamanya itu mungkin?
bahkan kita tidak berani menjawab.
tahu sama tahu,
kita berpijak pada kapas kosong.

sampai salah satu kembali menemukan alasan,
'selamanya' terdengar lebih mungkin sekarang.
dia,
lebih dari apa yang dia harapkan ada.


dan salah satu kehilangan semua.
saya putus asa.
segalanya yang saya inginkan hanya kamu.
kembali.



aku tidak yakin,
ujung mana yang kita nanti.

1 comment:

  1. bukan salah kita menjadi naif, hubungan antarmanusia ini yang membuat kita terkungkung pada perputaran pertanyaan yang kadang takut untuk kita jawab.

    ReplyDelete