06 July 2013

sepucuk surat supernova

Re sendiri cuma bisa diam. Menyesali betapa banyak keterbatasan yang ia miliki : takdir, nasib, suratan. Ia teramat geram.

Aku letih, Puteri.

Malam itu Re batal tidur sambil tersenyum. Malah terjaga dalam kamar kerja, menghadapi carikan-carikan kertasnya. Berusaha memunguti lagi cintanya yang berantakan. Mencoba merasakan kembali puncak-puncak kayangannya dengan Rana. Dan terhibur sendiri dengan ketabahannya yang tak masuk akal.

Re, dalam ruang simulakrum, benteng terakhirnya dalam pertempuran batin ini.


(Supernova : Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, Dee, 141)

No comments:

Post a Comment