24 December 2011
rumah
menyenangkan
karena tidak hanya satu
namun bersama
karena tidak makan sendirian
namun bangun mencium aroma masakan rumah tiap pagi
karena tidak berdiam sendiri
namun berbincang dan pergi sampai habis kata dan pegal pegal
karena tidak sepi
namun ada peduli dan tempat berbagi
karena tidak menulis
namun sibuk membagi kata
14 December 2011
12 December 2011
mencari kata
sekian puluh jam terlewat, kata tidak juga muncul. saya sudah melakukan segala cara, memejamkan mata, membuka mata. tidak juga muncul.
saya ingin punya alasan. saya ingin menjawab dengan pasti, mengarahkan semua dengan yakin. tapi kata tidak juga datang.
kemana kata?
saya duduk, menangis dalam bisu. dia tak juga datang.
saya tertawa, meringis dalam pilu. dia tetap tak bergeming.
kemana kata?
saya tidak ingin begini.
tidak tahu tidak tahu tidak tahu ini menyiksa.
kemana kata?
semoga dia tidak terlambat.
sebelum tanda tanya membeku jadi sesal.
25 November 2011
23 November 2011
17 November 2011
maunya apa?
lalu hilang.
padahal maksud hati ingin bilang "terima kasih"
dasar sinting.
16 November 2011
escape
seakan berteriak,
minta didengar.
pandangannya teralih ke jendela.
pikirannya melayang
perasaannya terusik
dia menatap amarah.
amarah yang begitu terasa dekat,
mengumpul menjadi satu bola besar yang membuatnya tidak lagi mudah disembunyikan
dia menjadi begitu marah.
seketika itu juga dia hanya ingin berlari
membaur menjadi satu dengan apa yang sudah tertumpah, teriak, marah
hujan.
membaur karena dia tidak sepenuhnya berani ketika harus teriak sendirian, marah sendirian
membaur karena dia tidak punya kuasa untuk marah dan tumpah ke semua sesukanya
membaur karena takut
membaur
kabur
tak berapa lama hujan pun mereda,
menyisakan lembab yang kemudian melenyap.
habis.
12 November 2011
dia sampai hampir lupa bahwa dulu ada suatu saat ketika akhir pekan terasa begitu melegakan, menyenangkan.
sekarang semua hanya terasa datar.
tidak ada yang ditunggu-tunggu, tidak ada yang menanti-nanti di ujung minggu yang mengikat.
dia hanya menjadi... ada.
tapi tidak menjadi berarti.
bukan berarti dia bosan dengan rutinitas
bukan berarti dia muak dengan jarak
hanya saja,
sedih.
ketika dia tahu luang nya tidak berarti
dan peluk itu tidak bisa sampai
ketika jarak menjadi terlalu jauh
dan cium itu tidak jua berlabuh
ketika telepati itu hanya dongeng
dan rindunya terlalu besar
ketika kamu dan saya seharusnya bisa bersama tapi terhalang jarak yang ada
07 November 2011
yang terpisah
dirasa jauh dalam mimpi
rindu membuncah,
sepi menjarah
percayalah,
kamulah satu.
06 November 2011
di antara
"saya rindu kamu"
dia kemudian terisak,
terisak,
kemudian mulai tersengal.
"saya rindu kamu"
"saya sudah jadi gila karena rindu kamu"
lalu dia terbenam dalam tangis
begitu sakit.
30 October 2011
kerinduan untuk menjadi hilang
memecah hening
menjelma menjadi satu
hilang,
bersama
jemput aku.
explanation of
the tears
the vulnerability
the stress
the neediness
the envy
the simplest wish
is
the simplest need of having you by my side
05 October 2011
22 September 2011
18 September 2011
back to the roots
aging
03 August 2011
29 July 2011
15 July 2011
14 July 2011
dua pasang mata yang belum saling mengerti
dan selalu pandai menyusun kata yang entah kenapa selalu menjadi lebih bermakna dari sekedar kalimat-kalimat basa basi.
dan selalu mengerti apa saja,
bahkan tentang kata yang bahkan saya yang mengucapnya saja tidak pernah mengerti dengan pasti.
dia seperti bukan manusia,
mungkin lebih mirip unicorn atau naga,
karena saya pikir manusia seperti dia itu tidak ada.
tapi dia ada.
dia nyata.
kadang menjadi hantu ketika saya memejamkan mata,
namun benar nyata ketika saya membuka mata.
saya tidak pernah yakin tentang apa yang ada di pikirannya tentang saya.
walaupun saya cukup yakin di matanya saya bukan unicorn atau naga,
karena saya memang adanya biasa saja.
biar begitu, dia selalu cukup berhasil membuat saya merasa sedikit istimewa.
tapi kenapa sekarang saya merasa menjadi hantu?
dia tak jua merasa berlabuh
tidakkah saya seharusnya membantu?
bukannya malah jadi memburu
yang lelah menjadi hantu.
11 July 2011
10 July 2011
03 July 2011
all over the place
"no i like it long"
"but now its not short either rite?"
"yea rite. actually i think i like it better"
"so you like this haircut?"
"no,i just like you"
27 June 2011
23 June 2011
hide and seek
You're absolutely stunning
And I'm running, I'm always running
And now I'm crying
It's only 'cause I'm caring
And if you were more daring
Maybe you'd stop staring
And come over and talk to me
Tell me 'bout how you've been waiting so patiently
And how you tried, but I just turned away
And I'll say yeah well you know,
I'm shy that way
Shy that way
Maybe I'm shy that way
You're absolutely stunning
But you're always runnin'
But I'll catch up to you
The way you keep your distance is
Keeping my interest
So I'll keep it consistent
Ohh maybe someday
Someway, somehow in some town
We'll get together and
We'll break it down
And I'll ask why you've been
So shy, gotta be that way
Maybe baby, oh love, I like it that way
Shy that way
You know I love you so shy,
Shy that way
There's always too much talking
And I wanna just keep walking
But I keep staring baby
Keep staring
Though I may not know the right things to say
I'll get it out to you one day
You're shy that way
Do you like it?
Do you like it?
When I'm shy this way?
Yes I like it
Yes I like it
When you're shy
Shy that way
I like it
I like it shy
You know it's alright, it's ok
'Cause we're
Shy that way
(Shy that way - Jason Mraz ft. Tristan Prettyman)
22 June 2011
20 June 2011
14 June 2011
01 June 2011
menunggu pesan yang harus ditunggu
22 May 2011
semua lalu menjadi terlalu nyata
tokoh itu memang selalu jatuh cinta pada sang penulis
yang menuliskan semua tentang cinta dan hidup
yang menghidupkan cinta sang tokoh kepada ceritanya,
dan kepadanya
sampai sang penulis kemudian lupa menulis
dia terlalu sibuk jatuh cinta
sang kekasih menderita
tulisannya adalah ceritanya
hidupnya
cintanya
kekasih itu butuh penulisnya.
dia lalu menjadi takut
kalau-kalau penulisnya menjadi jatuh cinta
pada tokoh-tokoh lain yang pernah diciptanya
yang juga pernah dicintanya
yang juga pernah ditulisnya dengan cinta
kekasih itu butuh penulisnya.
ya saya takut.
ketakutan ini.
biar saja berhenti,
waktu ini.
janji selamanya
bukan satu kali,
aku atau dia
semua satu janji.
siapa bilang
kita bisa selamanya,
dulu bilang
kalian bisa selamanya.
aku tidak mau defensif,
aku mau kamu.
biar semua bilang naif,
aku mau kita satu.
10 May 2011
tidak bisa diberitahu pada yang harus tahu tapi tidak pernah mau tahu
eb
egi
niti
daken
aknya
tidakdi
percaya.
selalu begini lagi.
dengan sejuta bayangan pesimismu.
kamu,
dengan tidak percayamu yang merajalela.
kamu,
dengan peringatan-peringatan basi mu.
kamu,
dan semua khawatirmu.
kamu.
dan larangan "jangan menyelam" pada orang yang bahkan tidak bisa berenang.
tiada habisnya.
30 April 2011
29 April 2011
22 April 2011
18 April 2011
kekal.
bahkan ketika sudah kuundang untuk merasa,
kamu masih bersikukuh untuk tetap berada di tempatmu saja.
kamu begitu tidak tertarik untuk beranjak,
padahal aku ingin kamu disini di sebelahku dengan hanya merasa.
sedemikian takutkah kamu pada angkasa yang melindungi kita?
ketika aku melihatnya begitu kekal,
kamu hanya dengan sedemikian naif memotong kalimat-kalimatku yang penuh dengan 'kalau nanti'.
padahal aku begitu menanti kamu kesini,
tapi tidak jua kamu berani duduk bersebelahan.
padahal aku begitu menanti kamu berhenti menganalisa,
dan cukup percaya untuk hanya bersama.
semoga kamu mengerti.
kalau nanti aku ternyata cukup berharga untuk akhirnya mampu membuatmu mau merasa.
dan berhenti hanya menjadi pembaca.
28 March 2011
merayakan kebohongan
sejak dari kecil saya tahu tanggal satu april selalu menjadi tanggal saya untuk dikerjain atau ngerjain. kebanyakan dikerjain, karena saya sendiri tidak pernah ingat tanggal. saya tidak pernah merasa keberatan, atau dirugikan dengan adanya kebudayaan april mop. saya selalu hanya menganggap hari itu ada tanpa dipikir lebih lanjut, sampai ketika suatu pertanyaan bodoh menjadi sebuah alasan untuk memikirkannya lebih dalam. pertanyaan itu lalu membumbung ke angkasa, menjadi satu lagi tanya yang hanya akan disimpan Semesta.
kenapa orang menetapkan tanggal khusus untuk merayakan kebohongan?
sebegitu inginkah orang-orang untuk mendapat hak bohong sampai-sampai menetapkan satu tanggal tersendiri? ini mulai menarik. karena ternyata rupanya rasa bersalah dari bohong memang tidak terpungkiri. berbohong bisa membuat kamu sedemikian salah, berdosa, sampai-sampai mencari berbagai alasan, termasuk menetapkan tanggal bohong. tidakkah ini lucu? betapa besar usaha seseorang untuk beralasan dan menutupi keadaan yang apa adanya. betapa besar usaha kita untuk merasakan cerita versi kita, dengan hanya membuat orang percaya. dengan demikian saya rasa peribahasa lawas "nila setitik, rusak susu sebelanga" pun akhirnya dilumpuhkan. mungkin lebih relevan jika diganti "nila setitik, rusak susu sebelanga, kecuali lagi april mop".
maka saya mulai berandai-andai.
seandainya tanggal satu april ditetapkan sebagai hari jujur. kita hanya harus menjadi kita. jawab hanya harus menjadi jawab. dunia hanya harus menjadi dunia. terdengar begitu mudah, begitu sederhana, namun tidak ada yang semudah kedengarannya. jika begitu keadaannya, saya rasa saya sendiri pun belum tentu berani keluar kamar setiap tanggal satu april. bayangkan, apapun yang ditanyakan, apapun yang dihadapi, semua harus dihadapi dengan jujur. dengan apa adanya. tidakkah satu april akan menjadi tanggal tersulit dalam hidup kita? tidak ada tendensi, gengsi, pretensi yang bisa dijadikan sandaran. hanya ada yang apa adanya.
tapi toh satu april sudah dijadikan hari bohong dunia. membuktikan bahwa kita ternyata belum cukup berani untuk hidup apa adanya. untuk menerima semua sejujur-jujurnya. sepolos-polosnya. sampai-sampai ketika bohong dilarang pun nyatanya kita tidak mampu untuk tetap menjadi kita. menjadikan setiap hari april mop. kebohongan-kebohongan menjadi selalu ada, berdamping-dampingan dengan tanggal-tanggal yang terus berulang.
sampai satu april merayakan kejujurannya,
saya rasa yang tersisa hanya:
selamat hari bohong.
20 March 2011
ignatius primadi
lagi,
lagi,
lagi,
lagi,
empat tahun yang lalu,
empat bulan yang lalu,
empat hari yang lalu,
empat jam yang lalu,
empat menit yang lalu,
empat detik yang lalu,
sekarang.
saya selalu jatuh cinta lagi.
16 March 2011
15 March 2011
baca tanpa pretensi
ada sekian ribu alasan untuk mencari tahu. entah mencari tahu dengan bertanya, melihat, atau membaca. demikian buat anda. demikian buat saya. kadang kita hanya ingin tahu. kadang kita 'hanya ingin tahu'.
ingin tahu tentang apa saja, mulai dari yang berdampak pada kita, sampai yang tidak ada hubungannya dengan kita.
membuat kita lalu mendengar, melihat, membaca dengan pretensi. sebenarnya saya cuma ingin cari bahan pembicaraan. sebenarnya saya ingin cari tahu tentang keburukannya. sebenarnya saya ingin tahu tentang dirinya. sebenarnya saya ingin tahu tentang semua yang terjadi. dan sebenarnya sebenarnya lain.
membuat kita kemudian tidak lagi tulus melakukan semua usaha cari tahu itu. tidak lagi tulus mendengar. tidak lagi tulus melihat. tidak lagi tulus membaca.
sehingga akhirnya membawa kita ke ketidakpuasan.
dan lalu ke kemarahan yang tidak seharusnya.
sebenarnya itu tentang apa? sebenarnya yang terjadi seperti apa? sebenarnya apa lagi yang belum kudengar? sebenarnya maksudnya apa? sebenarnya? sebenarnya?
padahal kita siapa?
mundur sedikit, dan kita akan mengerti mengapa kita tidak mengerti. dan tidak harus mengerti. tidak harus merasa harus tahu semua tentang sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan kita. tidak harus merasa harus serba tahu. sampai-sampai melangkahi batas yang seharusnya dimengerti.
kepada yang terhormat
begitu juga dengan rasa benci.
rasa terganggu, tidak suka, tanpa sadar menjadi sinis, kesal, marah.
semua rasa ini tidak diminta datang. tidak ada satupun orang yang dengan rela memiliki rasa benci. apa bagusnya rasa benci? hanya membuat kamu menjadi lelah dalam amarah, hanya membuat kamu menjadi si penguras hati.
saya ingin bebas dari rasa ini.
karena saya jadi si pemarah yang menyebalkan. karena mereka jadi salah tanpa banyak kata. entah apa yang harus disalahkan. karena semua jadi terlihat "pokoknya salah". apa ini salah dia? apa ini salah saya? apa ini salah benci? semua menjadi tidak jelas. yang saya tahu ya saya benci mereka. yang saya tahu ya saya tidak dan tidak akan pernah cocok dengan mereka. jadi apa ini salah ketidakcocokan? tapi ketidakcocokan itu biasa. segala macam ketidakcocokan sudah pernah saya lalui, dan nyatanya, tidak semua ketidakcocokan berakhir dengan kebencian.
lantas, salah siapa?
saya cuma tahu mereka tidak pernah membuka hati untuk yang berbeda. saya cuma tahu kalau mereka harus benar. maka ketika menurut saya kebalikannya, saya hanya cuma bisa diam. toh mereka tutup kuping. toh mereka menaikkan nada bicara. jadi buat apa saya buang-buang kata. percuma.
saya cuma tahu kalau lama-lama saya muak. tidak lagi bisa berdiam lama-lama di sesuatu yang saya rasa tidak nyaman. kata demi kata yang ditahan kemudian meluap, dan mengisi rongga kepala kapan saja sang objek terlihat membuka mulut. memungkinkannya meledak setiap detik dia ada di sekitar.
saya cuma tahu kalau lama-lama saya lebih nyaman menyendiri. kalau memang yang bisa diajak kompromi hanya hati. lebih baik menjadi penyendiri, daripada menjadi si pemarah yang munafik. daripada menjadi si pemarah yang anti ketidakcocokan. menjadi persis seperti dia yang saya benci.
sekarang saya agaknya mengerti apa yang salah,
namun tetap tidak mengusir benci.
11 March 2011
dia dan gelas
dia selalu ingin memiliki gelas itu.
gelas yang terpajang di sebuah toko kecil di pinggir jalan. tidak ada yang istimewa, tapi dia begitu menyukainya. pertama kali melihatnya empat tahun yang lalu, dia hanya merasa gelas itu sempurna. cocok. bagai potongan puzzle yang entah kenapa begitu melengkapi. sampai ketika seperti biasanya dia mengunjungi toko itu, dia menyadari sesuatu: bagian bibir gelas itu pecah sedikit. entah dia yang baru menyadarinya, atau memang dari awal sudah demikian. tampaknya, ada seorang atau dua orang pengunjung yang mengambilnya dengan sembarangan, sehingga bibir gelas itu terbentur ujung lemari dan pecah.
dia tetap ingin memiliki gelas itu.
walaupun dia sangat kesal kenapa orang-orang tidak bertanggungjawab itu berani-beraninya merusak gelas itu. gelas kesukaannya. satu-satunya. walaupun dia sangat marah kenapa dia tidak lebih dulu membelinya sebelum gelas itu dirusak. walaupun bibir gelas itu pecah sedikit. walaupun gelas itu tampak tidak sesempurna seperti yang pertama dia lihat. dia tidak peduli, dia sudah terlanjur jatuh hati pada gelas itu. dan hanya yang itu.
dia akhirnya memiliki gelas itu.
waktu akhirnya menjawab, karena dia akhirnya bisa memiliki gelas itu. dia begitu menyayanginya. gelas itu dirawat, dicuci dan dipakai setiap hari. untuk meminum apa saja. mulai dari air putih, susu coklat, jus jeruk, sampai kopi pahit yang membakar lidahnya. semua diminum dari gelas itu. gelas kesukaannya. apapun yang dia minum, dia tidak peduli. yang penting dia pakai gelas itu. sampai suatu saat dia sadar bibirnya terluka karena bibir gelas yang tidak sempurna itu. perih, bahkan kadang berdarah. kadang ini membuatnya bimbang, apa seharusnya dia tidak memakainya lagi?
tapi ini tidak adil.
seharusnya semua sempurna selamanya, andai saja gelas itu tidak dipecahkan oleh orang tak berperasaan yang tidak tahu cara memperlakukannya.
aku tidak ingin berhenti memilikinya.
tidak ingin berhenti memakainya.
untuk minum air putih, susu coklat, jus jeruk, dan kopi pahit.
untuk minum apa saja.
ini tidak adil.
tapi sekarang dia menangis di hadapan gelas,
gelas kesukaannya.
dia tidak ingin terluka terus karena pecahan gelas yang bukan salahnya.
tapi dia tetap ingin memiliki gelas itu.
selamanya.
06 March 2011
untuk kamu, dengan segala kebencian.
ya, kamu. siapa lagi.
ini bukan surat cinta.
sebaliknya, saya menulis ini dengan penuh kebencian.
karena ya,
saya punya segala hak untuk benci kamu.
saya benci ketika kamu selalu sok tau.
terlebih karena kamu memang selalu benar.
membuat saya lebih membenci kamu.
saya benci senyum kamu.
senyum sok, senyum menyebalkan, senyum selalu menang.
saya benci wangi kamu.
yang entah kenapa mendadak ada di semua tempat.
membuat saya dipenuhi rasa kangen yang menyebalkan.
saya benci tulisan kamu.
yang selalu membuat saya jatuh cinta semakin dalam.
saya benci foto kamu,
karena mengingatkan saya tentang semua soal kamu,
dan mengikat saya untuk tidak pergi dari kamu.
saya benci ketika kamu buat saya tidak bisa bilang tidak.
saya benci ketika kamu mencium saya,
mudah, seakan-akan itu tidak berarti apa-apa buat kamu.
padahal jantung saya selalu seperti mau jatuh.
saya benci ketika kamu baik,
karena lalu saya akan merasa merepotkan.
saya benci ketika kamu menjadi super duper menyebalkan.
karena saya tidak pernah bisa cuek.
saya benci ketika kamu menatap.
karena kemudian saya merasa pasrah,
dan lagi-lagi kamu menang.
saya benci ketika kamu membuat semua yang saya lakukan terlihat bodoh.
saya benci ketika kamu selalu bisa tenang,
ketika di saat yang sama rasanya aku tidak bisa berhenti panik.
tapi saya paling benci karena,
kamu bisa buat saya melakukan apa saja.
termasuk untuk tinggal di sini lebih lama,
dan selama mungkin.
saya benci kamu,
sangat, sangat, sangat benci.
25 February 2011
23 February 2011
di tengah kegilaan yang semakin gila.
untuk menjadi sandaran
dan menjadi semua yang dibutuhkan.
19 February 2011
ketika kata sudah habis.
padahal bergandengan tangan akan sangat membantu.
06 February 2011
menyelam
terhanyut ketika dimulai,
semakin gelap,
semakin lelap,
lautan ini,
semoga kekal adanya.
05 February 2011
morning calls
dan...
...takjub.
kadang apa yang sudah tersaji di pagi hari membuatmu tak percaya.
kamu kembali mereka-reka.
inilah kamarmu.
inilah hidupmu.
kamu adalah kamu.
hari ini adalah hari ini.
yang akan kamu lakukan adalah ini dan itu.
kamu lalu akan mulai ingat lagi akan apa yang sudah kamu lalui.
kemarin kamu pergi ke sana dan ke sana.
tiga hari yang lalu kamu kuliah di jam sekian.
seminggu yang lalu kamu ke gereja dengan temanmu yang ini.
sebulan yang lalu kamu pergi dengan pacarmu ke tempat itu.
setahun yang lalu kamu bersama keluargamu di sana.
dan seterusnya.
ingatan-ingatan yang lalu membawamu ke tempatmu bangun sekarang. ke kamu yang hanya eksis di detik ini.
tidakkah ini membuatmu takjub?
menahan napas tak percaya karena kamu telah melalui begitu banyak,
dan masih ada satu hari lagi untuk melalui lebih banyak.
02 February 2011
dia marah dan dunia tidak mau tahu.
November 10, 2008, 9:44 am
Filed under: Uncategorized
diiringi suara hujan yang semakin tak terdengar, dia menyelesaikan lipatan terakhir burung kertasnya yang entah keberapa. melengkapinya dengan beberapa tetes air matanya yang menyelinap. lalu menggantungkannya dengan perasaan campur aduk. harapannya belum juga terkabul.
lalu tiap malam dia akan menghabiskan beberapa menit untuk hanya diam memandangi burung-burung kertas itu. terkadang sambil berdoa, atau menangis, tapi seringkali dia hanya diam. benar-benar diam.
dan keesokan harinya lalu mudah ditebak. dia akan bangun dengan mata yang entah kenapa begitu nanar, memandang burung-burung kertas tak bersalah itu dengan tatapan marah dan frustasi, lalu melengos memulai hari itu dengan setitik harapan yang selalu diusahakan ada. kembali membuat satu burung kertas lagi di tengah hari yang begitu monoton.
terkadang dia begitu bingung mau menulis permohonan apa. dia bahkan tak jua mengerti apa yang begitu dia pusingkan. apa yang begitu dia inginkan. dia hanya tahu kalau ada sesuatu yang salah. sesuatu yang ada yang mestinya tidak ada, atau suatu yang tidak ada dan seharusnya ada.
kadang dia menjadi begitu bosan. bosan menjadi bosan. bosan menjadi membosankan. dia begitu malas menjadi merepotkan, tapi entah bagaimana kelamaan dia merasa menjadi begitu repot dan merepotkan. dia menjadi begitu emosional dan membingungkan. dia hilang arah.
dia hanya perlu sebuah pelukan yang mengerti.
yang entah kenapa terdengar begitu egois.
tidakkah dimengerti dapat membuat begitu lega?
bahkan ketika yang mengerti hanya dirimu sendiri.
26 January 2011
22 January 2011
unthinkable
i love you,
would you be mine?:)
staring at this particular handwriting,
can't stop smiling.
oh,
what's not to love about you?
16 January 2011
last note
and my life would suck,
without
you.
aaah,
what's good in goodbye?
12 January 2011
melancholy hits hard.
karena... dia mengandaikan dirinya terbuat dari kaca.
harapan yang begitu menarik,
dan sangat mengena.
tidakkah akan menjadi sangat menyenangkan?
ketika kamu dan saya terbuat dari kaca,
sehingga semua yang di dalamnya dapat dengan mudah dimengerti orang lain.
kita tidak bisa menutupi apa-apa,
dan pikiran apapun,
sejujur apapun,
serumit apapun,
sesederhana apapun,
dapat dilihat semua orang.
tidakkah segalanya akan menjadi mudah?
tidak ada lagi tangis yang tersimpan,
atau amarah yang tertahan,
semua hanya akan menjadi...jelas.
biar semua orang tahu siapa yang ada di dalam,
biar semua orang tahu apa yang sedang terjadi di dalam,
biar tidak perlu ada pikiran yang terbatas pengungkapan.
karena, diam-diam,
saya juga berharap seandainya kita terbuat dari kaca.
11 January 2011
ya, saya se jatuh cinta ini.
walaupun saya tahu ketidakpastian selalu mengiringi, dan semua orang harus belajar hidup berdampingan dengannya.
saya juga selalu takut akan perpisahan.
walaupun,
ya,
saya tahu semua orang harus belajar hidup berdampingan dengan perpisahan.
saya tahu semua yang saya takuti hanya sebatas putaran kenop pintu. hanya sebatas satu sisi koin dengan pasangannya. hanya sebatas depan dan belakang. namun saya tetap takut.
saya biasanya lupa, dengan segala ketakutan saya ini, ketika saya berusaha mendistraksinya dengan menikmati semuanya. setiap proses. setiap tawa. setiap tangis. setiap jatuh cinta. setiap patah hati.
tapi kali ini saya sendiri terkejut,
karena rupanya dengan menikmati, bahkan terlalu menikmati, diam-diam kebahagiaan saya dengan sendirinya berjalan dengan ketakutan saya yang semakin menghantui.
---
bukan sekali saya jatuh cinta dengan kamu,
bukan sekali saya ikut jatuh cinta dalam kejatuhcintaanmu,
dan bukan sekali saya patah hati dibuatnya.
saya tidak berani bilang saya jatuh cinta pada pandangan pertama. mungkin lebih tepat kalau dibilang, saya jatuh cinta pada tulisan pertama. saya jatuh cinta pada cara kamu menderetkan huruf. saya jatuh cinta pada cara kamu menceritakan segala hal. saya jatuh cinta dengan caramu berpikir, caramu mengungkap cinta, caramu menilai cerita. saya jatuh cinta dengan kamu dalam berbagai jenis cara yang saya sendiri bingung menjelaskannya. saya terlalu jatuh cinta, sampai ketika kamu jatuh cinta, saya malah tidak terlalu menggubris hati saya sendiri dan dengan bodohnya malah semakin jatuh cinta kepada kamu yang jatuh cinta dengan orang lain. saya sampai sekarang juga tidak mengerti.
maka ketika kamu benar-benar menjadi nyata, saya sebegitu bahagianya. rasanya semua yang sudah terlewat mendadak menjadi kenangan manis, menjadi noktah-noktah mungil pengingat bahwa kamu sekarang ada di sini. di sini. menitipkan hati di sini. demikian dengan cerita-cerita yang menjadi selalu ada, dengan genggam tangan yang nyata, dengan cinta yang dialamatkan untuk saya. saya. dan kamu. akhirnya. akhirnya. akhirnya. saya dan kamu. berdua, dan tidak menjadi platonik semata. berdua.
dan meskipun saya tahu dia akan segera menyusul, ketakutan-ketakutan menyebalkan itu, namun saya tidak menyangkanya akan datang secepat ini.
saya takut kehilangan semua ini.
saya takut kalau-kalau semua ini utopis. hanya sebatas mimpi yang menunggu dibangunkan kembali dan menyadari semua tidak benar-benar ada. saya takut kalau-kalau semua cinta yang ada ternyata sama sementaranya dengan yang sudah-sudah. saya takut kalau-kalau semua yang kita jalin tidak sesuai harapan dan harus pupus setengah jalan. saya takut kalau-kalau genggam saya kurang kuat untuk membuatmu nyaman di sini. saya takut kalau-kalau hati yang sudah berkali-kali saya titipkan kembali kamu kembalikan. saya takut kalau-kalau kamu mendadak menyadari kamu seharusnya bersama dia, bukan saya. saya takut kalau-kalau kamu berbalik begitu cepat sampai saya tak sempat membaca tulisan terakhir tentang saya. saya takut. saya takut. bilang saja saya gila, tapi ya, saya takut. saya takut!
karena semua yang nyata ini terlalu ilusi,
dan yang tadinya ilusi menjadi terlalu nyata.
karena sebenarnya saya dibuat gila oleh ketakutan akan kehilangan semua ini, terutama:
kamu.
05 January 2011
ketika semua sudah ada di tempatnya.
dia tidak juga bisa berhenti tersenyum sejak mendapat hadiah natal teristimewanya. dia tersenyum saat tidur, dia tersenyum ketika bangun, dia tersenyum dengan mata tertutup, dia tersenyum dengan mata terbuka. dia tersenyum ketika menulis ini. seandainya senyum bisa dideskripsikan dengan lebih spesifik. dia bahagia.
terima kasih.
karena akhirnya tangis-tangis di balik bantal itu menjadi tidak sia-sia. dan akhirnya pertemuan mereka yang telah direncanakan sedemikian rupa oleh sang Semesta itu tidak jadi sekedar lewat. segala jenis komunikasi yang selalu dicap lebih dari sekedar teman. semua surat-suratan tidak penting yang selalu ada. dan semua pembicaraan telepati yang sama-sama dirasa konyol namun benar adanya. akhirnya. akhirnya. akhirnya.
terima kasih.
untuk membiarkan dia bilang akhirnya.
akhirnya bisa bergandengan tangan dengan lega.
akhirnya bisa saling memperkenalkan dengan alasan.
akhirnya bisa berkata sayang.
akhirnya bisa saling mencantumkan nama.
akhirnya bisa bilang akhirnya.
ignatius primadi,
akhirnya.
dia masih tetap tersenyum.