25 February 2011
23 February 2011
di tengah kegilaan yang semakin gila.
untuk menjadi sandaran
dan menjadi semua yang dibutuhkan.
19 February 2011
ketika kata sudah habis.
padahal bergandengan tangan akan sangat membantu.
06 February 2011
menyelam
terhanyut ketika dimulai,
semakin gelap,
semakin lelap,
lautan ini,
semoga kekal adanya.
05 February 2011
morning calls
dan...
...takjub.
kadang apa yang sudah tersaji di pagi hari membuatmu tak percaya.
kamu kembali mereka-reka.
inilah kamarmu.
inilah hidupmu.
kamu adalah kamu.
hari ini adalah hari ini.
yang akan kamu lakukan adalah ini dan itu.
kamu lalu akan mulai ingat lagi akan apa yang sudah kamu lalui.
kemarin kamu pergi ke sana dan ke sana.
tiga hari yang lalu kamu kuliah di jam sekian.
seminggu yang lalu kamu ke gereja dengan temanmu yang ini.
sebulan yang lalu kamu pergi dengan pacarmu ke tempat itu.
setahun yang lalu kamu bersama keluargamu di sana.
dan seterusnya.
ingatan-ingatan yang lalu membawamu ke tempatmu bangun sekarang. ke kamu yang hanya eksis di detik ini.
tidakkah ini membuatmu takjub?
menahan napas tak percaya karena kamu telah melalui begitu banyak,
dan masih ada satu hari lagi untuk melalui lebih banyak.
02 February 2011
dia marah dan dunia tidak mau tahu.
November 10, 2008, 9:44 am
Filed under: Uncategorized
diiringi suara hujan yang semakin tak terdengar, dia menyelesaikan lipatan terakhir burung kertasnya yang entah keberapa. melengkapinya dengan beberapa tetes air matanya yang menyelinap. lalu menggantungkannya dengan perasaan campur aduk. harapannya belum juga terkabul.
lalu tiap malam dia akan menghabiskan beberapa menit untuk hanya diam memandangi burung-burung kertas itu. terkadang sambil berdoa, atau menangis, tapi seringkali dia hanya diam. benar-benar diam.
dan keesokan harinya lalu mudah ditebak. dia akan bangun dengan mata yang entah kenapa begitu nanar, memandang burung-burung kertas tak bersalah itu dengan tatapan marah dan frustasi, lalu melengos memulai hari itu dengan setitik harapan yang selalu diusahakan ada. kembali membuat satu burung kertas lagi di tengah hari yang begitu monoton.
terkadang dia begitu bingung mau menulis permohonan apa. dia bahkan tak jua mengerti apa yang begitu dia pusingkan. apa yang begitu dia inginkan. dia hanya tahu kalau ada sesuatu yang salah. sesuatu yang ada yang mestinya tidak ada, atau suatu yang tidak ada dan seharusnya ada.
kadang dia menjadi begitu bosan. bosan menjadi bosan. bosan menjadi membosankan. dia begitu malas menjadi merepotkan, tapi entah bagaimana kelamaan dia merasa menjadi begitu repot dan merepotkan. dia menjadi begitu emosional dan membingungkan. dia hilang arah.
dia hanya perlu sebuah pelukan yang mengerti.
yang entah kenapa terdengar begitu egois.
tidakkah dimengerti dapat membuat begitu lega?
bahkan ketika yang mengerti hanya dirimu sendiri.