saya kangen kamu.
kamu belum pergi, tapi apa yang kita punya sudah lepas dari genggaman.
kalau begini caranya, saya tidak tahu lagi harus percaya ke siapa.
diri saya saja mengingkari percaya itu.
salah saya, salah kamu, tapi yang pasti,
salah.
31 August 2009
30 August 2009
21 August 2009
ayo saja.
jika memang tak ada yang mau mengaku salah,
atau tidak boleh ada yang dianggap salah,
mari,
salahkan saya dalam satu suara.
tapi jangan salahkan,
kalau saya jadi sebebal batu.
atau tidak boleh ada yang dianggap salah,
mari,
salahkan saya dalam satu suara.
tapi jangan salahkan,
kalau saya jadi sebebal batu.
18 August 2009
tugas bahasa indonesia
Gerakan di sekitarnya mendadak terasa melambat.
Enggan, tapi toh akhirnya dia tak lagi berusaha tidak tahu apa-apa.
Naif kamu, umpatnya dalam hati, tak yakin siapa yang dia tuju.
Ini mungkin memang sudah saatnya.
Matanya akhirnya dia pejamkan juga.
Alunan memori itu semakin menjadi-jadi,
Hari-harinya ketika semua begitu maklum, kembali terngiang.
Antara sadar atau tidak, dia meringis.
Rindu itu begitu mendominasi, demi Tuhan,
Aku tidak mau kemana-mana!, rasanya ingin dia teriak.
Nyatanya, dia tetap bertahan dalam diam. Sepenuhnya sadar,
Ingin itu tidak akan membawanya kemana-mana.
Waktu begitu pelit, dia menyalahkan,
Ia buat semuanya menjadi terburu-buru!, ujarnya emosional.
Dan dalam sepersekian sekon, dia kemudian tak lagi bisa berkata-kata.
Jam terus berdetak, dan pikirannya menjadi luar biasa berisik.
Andai bisa kujadikan apa yang sudah ada tak akan pernah berubah,
Jangan sampai segala rasa yang pernah ada itu pudar,
Aku tidak ingin jadi dewasa!
Geni Maharani XII IPA 2/9
Enggan, tapi toh akhirnya dia tak lagi berusaha tidak tahu apa-apa.
Naif kamu, umpatnya dalam hati, tak yakin siapa yang dia tuju.
Ini mungkin memang sudah saatnya.
Matanya akhirnya dia pejamkan juga.
Alunan memori itu semakin menjadi-jadi,
Hari-harinya ketika semua begitu maklum, kembali terngiang.
Antara sadar atau tidak, dia meringis.
Rindu itu begitu mendominasi, demi Tuhan,
Aku tidak mau kemana-mana!, rasanya ingin dia teriak.
Nyatanya, dia tetap bertahan dalam diam. Sepenuhnya sadar,
Ingin itu tidak akan membawanya kemana-mana.
Waktu begitu pelit, dia menyalahkan,
Ia buat semuanya menjadi terburu-buru!, ujarnya emosional.
Dan dalam sepersekian sekon, dia kemudian tak lagi bisa berkata-kata.
Jam terus berdetak, dan pikirannya menjadi luar biasa berisik.
Andai bisa kujadikan apa yang sudah ada tak akan pernah berubah,
Jangan sampai segala rasa yang pernah ada itu pudar,
Aku tidak ingin jadi dewasa!
Geni Maharani XII IPA 2/9
Subscribe to:
Posts (Atom)